Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Doktor; Kok Disangka dokter


Selalu ada hal-hal lucu dalam hidup kita sehari-hari, tentu saja menyangkut interaksi antar kita. Interaksi yang dihubungkan oleh komunikasi. Komunikasi menjadi tiada tanpa adanya bahasa, baik bahasa verbal ataupun nonverbal. Hal inilah yang mengecoh orang di kampung seorang Doktor Hukum Islam ketika beliau mengadakan syukur nikmat di kampungnya setelah meraih gelar barunya.
Cerita ini didapatkan ketika bercerita dengan Mr. Agus Sulthoni, Senyor saya. Dia menceritakan bagaimana Prof. Dr. Jaih Mubarak yang sekarang menjadi Hakim Agung (mantan Asdir Pascasarjana UIN Bandung) mengadakan Syukuran di kampung kelahirannya daerah Bogor.

Menurut cerita beliau, di ruang kerjanya, hal ini terjadi saat mengadakan syukuran Dr Jaih. Menurut penuturan Prof Jaih, seperti dituturkan oleh Mr. Agus Sulthoni, saat itu datang tetangganya yang terserang panas dingin. Karena mengetahui ada Doktor yang baru saja meraih gelarnya, sang tetangga berkunjung ke rumah Doktor Jaih.

“Untung aya Pak Dokter Jaih”, ungkapnya sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

“Kunaon kitu Pak”, Tanya Doktor Jaih
“Ieu si Aki ngadadak Panas tiris”, lanjut sang tetangga

Dokter Jaih kebingungan, kenapa yang sakit dibawa ke rumahnya, padahal ia bukan dokter.

Setelah kebingungan beberapa lama, akhirnya Prof. Jaih mengerti, bahwa di kampung setiap berita tersebar dengan cepat kepada tetangganya, begitupun raihan gelar Doktornya yang kemudian diadakan tasyakur dengan tetangga di kampungnya cepat tersebar. Namun sayang, beberapa penduduk kurang faham, Gelar Doktor yang diraihnya dikiranya dokter yang suka mengobati penyakit.

Setelah kebingungan beberapa detik akhirnya Prof. Jaih tersenyum dan menjelaskan seperlunya kepada sang tetangga bahwa dirinya bukanlah dokter seperti yang disangkakan itu. Sang tetangga pun mengerti. Prof. Jaih berkelakar,”Masa saya disangka dokter,” sambil terkekeh.


Diceritakan kembali oleh Agus Sulthoni kepada penulis dan ditulis seperlunya.


Post a Comment for "Doktor; Kok Disangka dokter"